Senin, 02 Desember 2013

THE BEST GIFT FROM HEAVEN

Diposting oleh Unknown di 15.35
Ini ff yg aku buat waktu masih SMA...
hehehee.... ceritanya sedikit lebay, tpi enjoy aja deh..
cekidot :p
#note :  Untuk Baca Selengkapnya klik pada judul...


 THE BEST GIFT FROM HEAVEN
 “Heerin-ah, Saengil chukae”, ucap seorang laki-laki lemah lalu teridur di pangkuan anak perempuan yang di panggil Heerin Olehnya.
“Ne, Gomawo Oppa!! Saranghae”, Ucap Heerin pada laki-laki itu. Di lihatnya laki-laki itu hanya tersenyum dan tertidur di pangkuannya. Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke langit. Di sana, masih ada kembang api yang belum berhenti bergemuruh, seolah sedang mengejar bintang-bintang yang tengah bertengger di angkasa dengan begitu manisnya. Kembang api itu terlihat sangat indah dari bawah pohon di atas sebuah bukit tempat di mana Heerin sedang duduk.
“Gomawo Hankyung Oppa”, gumam Heerin pelan. Ia sangat terpukau dengan hadiah ulang tahun yang di sediakan oleh kekasihnya. Hanya untuk menyiapkan kejutan ini ia sampai kelelahan seperti ini. Heerin kemudian membelai pelan rambut halus Hankyung lalu ikut tertidur di bawah naungan sebuah pohon yang di penuhi dengan lampu hias yang indah.
Heerin perlahan membuka matanya, saat ini ia tidak berada di bukit tempat dia dan Hakyung tertidur. Sekarang ia terbaring di atas sebuah tempat tidur di dalam kamar yang sangat di kenalinya. Tentu saja karena ini adalah kamarnya. Apa yang baru saja di alaminya adalah sebuah mimpi yang membawanya ke kejadian 2 tahun yang lalu. Air mata yang sudah tidak keluar selama 2 tahun lalu perlahan mengalir dengan hangat di kedua pipinya. Entah kenapa ia kembali memimpikan kejadian indah yang berakhir pahit 2 tahun yang lalu itu. Segera ia mengusap air matanya. Sekarang waktunya untuk bersiap-siap ke sekolah. Setelah berpakaian rapi, ia mengambil tasnya di atas meja belajar. Matanya tiba-tiba tertuju pada kalender . tanggal 4 Mei dan 11 hari berikutnya, tepatnya tanggal 15 bergambar hati. Entah sejak kapan angka itu di beri tanda hati, ia tak tahu. Yang ia tahu, setiap hari itu menjelang ia tidak akan bisa pernah tertawa atau tersenyum sedikitpun.



****
“aigoo!!! Sepertinya aku akan terlambat”, ucap Shim Changmin sambil melihat jam tangannya dengan sedikit berlari. 10 menit lagi, pintu gerbang sekolah akan segera di tutup. Ia mulai mempercepatkan langkahnya. Pintu Gerbang telah terlihat, di sana Shindong Songsaenim sudah berdiri di depan pintu gerbang sambil melihat ke jam tangannya, dan bersiap menutupnya.
“Ya !! tunggu aku!”, teriak Changmin dengan berlari sekuat tenaga dan…. Berhasil, akhirnya ia berhasil memasuki pintu gerbang 15 detik sebelum pintu ditutup.
TENG TENG TENG TENG….. terdengar suara lonceng jam pertama sudah di mulai. Changmin kembali berlari dengan terburu-buru. Tanpa memperhatikan ke depan, tiba-tiba….
BRUUKKKKK
Tanpa sadar Changmin menabrak seorang Yeoja yang berjalan di depannya sehingga mereka terjatuh.
“Mi…mianhe. Aku tidak sengaja, Gwaenchana???”, ujar Changmin meminta maaf kemudian bermaksud untuk membantu Yeoja itu berdiri. Changmin sontak kaget saat Yeoja itu menepis tangannya lalu berdiri sendiri , kemudian berlalu dari hadapannya dengan tatapan tanpa ekspresi. Changmin hanya berdiri kebingungan dengan sikap Yeoja itu.
“Kenapa dia? Semarah itukah? Bukankah tadi aku sudah minta maaf? Dasar anak aneh”, gumam Changmin kepada dirinya sendiri.
Menyadari ia sudah terlambat, Changmin langsung bergegas ke kelas. Untung saja hari ini istri Eunhyuk Songsaenim melahirkan jadi jam pertama pada hari ini kosong. Jadi Changmin lolos dari hukuman karena terlambat. Saat menuju ke tempat duduknya, Mata Changmin terbelalak kaget. Ternyata Yeoja yang tadi di tabraknya olehnya sekelas dengannya. Tentu saja ia tidak tahu, ia baru saja menjadi murid di sekolah ini 2 hari yang lalu sehingga situasi kelas belum bisa ia kuasai dengan baik juga nama teman-teman yang sekelas dengannya. Changmin lalu duduk di tempat duduknya, dan melemparkan pandangan kea rah Yeoja itu. Yeoja itu sementara menatap ke atas langit. Entah apa yang di lihatnya di atas sana dengan tatapan kosong seperti itu.
“Ya! Ada apa Changmin ah? Dari tadi kau terus memandangi Heerin?” ujar seorang Yeoja yang duduk di sebelah Changmin.
“ah… aniyo. Jadi namanya adalah Heerin?”, jawab Changmin lalu kembali bertanya.
“Ne! namanya Han Heerin. Wae? Kau suka padanya?”, Tanya Yeoja itu lagi.
“Aniyo, aku hanya merasa aneh dengannya. Ni Gi ah! Kau tahu, kenapa sikap Heerin seperti itu?”, Tanya Changmin kepada Ni Gi.
“Han Heerin memang seperti itu sejak masuk SMA. Menurut cerita yang pernah ku dengar, waktu masih SMP ia kehilangan teman masa kecil dan kekasih yang amat di cintainya. Saat ulang tahunnya yang ke 14, ia baru saja jadian dengan laki-laki yang di sukainya sejak masih kecil. Dan laki-laki itu memberikan sebuah kejutan yang sangat indah kepada Heerin, dan tepat setelah itu laki-laki itu meninggal di pangkuannya. Katanya, laki-laki itu mengidap Kanker otak yang sudah mencapai stadium akhir. Sejak kematiannya, Heerin kehilangan senyumnya. Ia menjadi anak yang pendiam, jarang bergaul dengan orang lain. Meskipun begitu, dia adalah salahsatu anak yang pandai di kelas ini”, cerita Ni Gi panjang lebar kepada Changmin. Changmin hanya mengangguk paham dengan cerita Ni Gi. Entah mengapa, Changmin tiba-tiba menjadi tertarik dengan Heerin. Ada sebuah perasaan yang timbul dengan perlahan dan belum bisa di ketahui olehnya, sejak Changmin pertama kali melihat tatapan yang tanpa ekspresi itu. Ia ingin sekali mendekati gadis itu, ia merasakan gadis itu memiliki perasaan yang rapuh dan perlu sebuah perlindungan.
“annyeong, naneun Changmin Imnida. Bangapseumnida”, ujar Changmin memperkenalkan diri kepada Heerin. Changmin menyodorkan tangannya. Heerin hanya menatapnya dengan tatapan Kosong. Tangan Changmin tak di hiraukannya sama sekali.
“Aku sudah tahu namamu”, hanya kata itu yang terucap dari bibir Heerin. Changmin kemudian menurunkan tangannya perlahan karena tidak di sambut oleh Heerin.
“ah… untuk yang tadi pagi aku minta maaf. Mianata, aku tidak sengaja. Aku sama sekali tidak bermaksud menabrakmu”. Ucap Changmin sambil beberapa kali membungkukan badannya. Saat kepalanya diangkat, sosok Heerin sudah tidak ada di depannya. Ia menjadi seperti orang bodoh, teman-temannya menertawakannya. Ternyata Heerin sudah meninggalkanya dan pergi ke luar. Changmin hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu keluar menyusul Heerin.
Changmin berkeliing sekolah mencari Heerin. Kini ia tersesat, karena belum tahu sama sekali tentang sekolah ini. Tiba-tiba Heerin keluar dari sebuah ruangan. Ternyata ruang guru. Akhirnya, Changmin mengingat tempat ini karena saat pertama kali datang ia harus menunggu di luar saat Eommanya sedang berbicara di dalam. Ia melihat Heerin saat ini sedang memeluk banyak sekali kertas. Sepertinya kertas hasil ulangan kemarin. Entah dari mana, tiba-tiba angin bertiup kencang sekali dan menerbangkan kertas-kertas yang tadinya ada di tangan Heerin hingga berhamburan ke mana-mana. Seolah di dorong oleh sesuatu, Changmin langsung berlari ke arah gadis itu lalu membantunya memungut kertas-kertas itu. Heerin hanya menganggukan kepalanya sebentar lalu beranjak dari tempat itu setelah semua kertas terkumpul. Changmin hanya bisa menatapnya pergi.
*****
BRUUUKKK
Changmin dan Heerin terjatuh lagi, Kali ini bukan karena Changmin menabarak Heerin. Heerin hampir saja terjatuh Dari tangga saat berjalan di dekat tangga. Changmin yang kebetulan ada di situ langsung menarik Heerin yang akan jatuh dari tangga, dan malah terjatuh di koridor. Changmin merasakan ketakutan yang di rasakan gadis itu. Hal itu terlihat dari mata Heerin yang terpejam dan tampak butir-butir air mata mengalir di kedua pipinya.
“Gwaenchana?”, Tanya Changmin. Heerin hanya terdiam, dengan mata terpejam dan tidak memperdulikan sakit di kakinya saat ini, tanpa memperdulikan bahwa tubuhnya sedang di gendong oleh orang lain. Pikirannya, tiba-tiba saja membawanya ke kejadian waktu itu. Kejadian yang sama dengan saat ini.
FLASH BACK
10 Mei
“Heerin ah!!! Awas!!” teriak sebuah suara dari belakang Heerin. Tanpa sadar, Heerin terjatuh ke bawah tangga. Saat matanya di buka, tubuhnya tidak apa-apa. Ia merasakan sebuah pelukan yang hangat. Orang yang dari tadi berteriak kini berada di dekatnya dengan kepala berdarah.
“Oppaaaa!!!”, teriak Heerin, seketika banyak orang berdatangan dan ambulans membawa tubuh laki-laki yang menyelamatkan Heerin tadi ke rumah sakit.
“Hankyung kini berada di dalam masa koma. Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Dan kejadian itu, memicu penyakitnya bekerja lebih cepat. Usianya tidak akan lama lagi”, ucap Dokter yang menangani laki-laki itu.
END OF FLASBACK
“Heerin ah Gwaenchana?”, suara Changmin membuat Heerin tersadar dan membuka matanya.
Saat ini, ia sedang berada di UKS. Tenyata tadi Changmin yang membawanya kemari. Heerin hanya menganggukan pertanyaan Changmin.
“baiklah, kalau begitu kau istirahat saja. Dokter UKS bilang kakimu hanya keseleo. Aku pergi ke kelas ya, aku tidak mau mengganggu istirahatmu”, ujar Changmin lalu beberapa menit kemudian berlalu. Heerin menatap tangan laki-laki itu berdarah. Heerin kembali memejamkan matanya, kemudian angin bertiup dengan kencang hingga tirai terlepas. Heerin langsung membuka matanya, dan matanya menagkap tulisan di sebuah kalender. 10 Mei….
Matanya langsung memanas, kejadian hari itu terjadi lagi hari ini. Heerin langsung beranjak dari tempat tidur, lalu dengan langkah terseret-seret ia meninggalkan Ruang UKS.
TENG TENG TENG TENG
Setelah mendengar bunyi bel pertanda sekolah telah usai, Changmin melangkahkan kakinya ke ruang UKS. Saat pintu di buka, ruangan itu kosong.
“Kau mencari Gadis tadi? Ia sudah pulang dari tadi”, ucap seseorang dari belakangnya.
Tanpa memerhatikan siapa orang itu, Changmin langsung berlari dari tempat itu.
“Pabo!! Dengan kaki seperti itu apakah dia bisa pulang sampai ke rumah sendiri?”, omel Changmin. Tiba-tiba langkahnya terhenti saat sampai di pagar sekolah. Ia tidak tahu, rumah Heerin ke arah mana. Untung saja Ni Gi dan Yulin baru saja keluar dari sekolah. Changmin langsung menghampiri mereka, dan menanyakan alamat rumah Heerin. Setelah mendapatkan alamat rumah Heerin, Changmin langsung mengambil langkah panjang menuju alamat yang di beritahukan oleh kedua Yeoja tadi. Mereka hanya menatap Changmin berlari denga perasaan bingung.
Changmin merasa sangat khwatir dengan Heerin. Ia tidak tahu mengapa, yang ia tahu sekarang ia harus segera menemukan gadis itu. Dalam pikirannya, mungkin gadis itu belum sampai ke rumah dengan kaki seperti itu. Dan benar saja, ia melihat Heerin sedang berdiri depan sebuah toko. Ia mencoba untuk mendekati Heerin tapi gadis itu beranjak dari situ dengan langkah terseret. Changmin kemudian memutuskan untuk mengikutinya dari belakang tanpa sepengetahuan Heerin. Heerin berjalan perlahan-lahan dan Changmin mengikutinya dari belakang. Langkah Changmin terhenti saat Heerin memasuki sebuah taman dan menghampiri sebuah ayunan lalu duduk di atasnya. Changmin berdiri bersembunyi memandang gadis itu dari kajauhan, sementara Heerin memainkan ayunan itu. Mata Heerin menerewang lurus kemuadian air mata mengalir bening di pipinya. Changmin mencoba untuk mendekatinya tapi ia menahan niatnya. Tanpa sadar kakinya menendang sebuah kaleng Cola kosong.
“Aku tahu, kau dari tadi terus mengikutiku. Ayo keluar”, ujar Heerin sambil terus memainkan ayunan itu masih dengan air mata yang kini sudah mulai berhenti mengalir. Tenyata ia sudah mengetahui bahwa Changmin mengikutinya dari belakang. Dengan langkah ragu, Changmin mendekati Heerin.
“kenapa kau mengikutiku?”, ujar Heerin pada Changmin. Changmin hanya terdiam.
“kau tahu, aku tidak suka diikuti”, ujar Heerin lagi dengan tatapan kosong ke depan.
“mianhe…. Aku hanya khawatir dengan kondisi kakimu”, ucap Changmin
“aku tidak butuh di khwatirkan oleh orang lain”, ujar Heerin, lalu berusaha berdiri dan hendak beranjak dari taman itu.
“apa karena kau terlalu mencintai orang yang sudah pergi itu, sampai lupa dengan hidupmu dan orang lain di sekitarmu?”, ucap Changmin yang tiba-tiba membuat langkah kaki Heerin terhenti.
“kau tidak tahu kehidupanku dan perasaanku. Aku tak peduli dengan orang lain mau bilang apa, yang ku tahu aku hanya ingin sendiri dan itu bukan urusanmu”, ucap Heerin Dingin.
“ kau tahu dengan sikapmu yang seperti itu, orang yang mungkin sangat mencintaimu akan terluka”, ujar Changmin dengan suara yang sedikit meninggi.
“aku sudah tidak punya orang yang mencintaiku, jadi aku tak peduli dengan siapapun”, ujar Heerin lagi dengan nada datar.
“jadi, kau juga tidak peduli denganku? Ya, mungkin aku sekarang ini tengah menyukaimu, mekipun aku sedang bingung dengan perasaan ini. Tapi aku yakin, apa yang ada di dalam hatiku saat ini adalah cinta yang selalu membuatku untuk berusaha melindungimu. Setiap hari mataku hanya mencari sosok seorang Han Heerin bukan sosok yang lain, bahkan tidak pernah kulepaskan pandanganku sedikitpun dari mu”, ucap Changmin panjang lebar, mengungkapkan perasaannya.
“terima kasih, tapi aku tidak butuh itu semua”, ujar Heerin menahan air matanya kemudian langsung berlalu, sementara Changmin hanya menatap Heerin berlalu dengan tatapan nanar. Dari kejauhan, sesuatu memandang kejadian di taman itu dengan tatapan tak kalah sedih dari Changmin.
****
Sejak kejadian di taman, Heerin tidak masuk lagi ke sekolah. Hari ini bangku Heerin kosong lagi. Changmin hanya menatap bangku itu dengan tatapan sedih. Menurut berita, Heerin di katakana sedang sakit. Tapi Changmin merasakan sesuatu yang lain. Ia menganggap Heerin tidak masuk sekolah karenanya.
“Changmin ah! Bisakah kau mengambilkan buku yang berisi informasi tentang siswa-siwa kelas ini di atas meja bapak di ruang guru??”, pinta Eunhyuk songsaenim.
“baik Songsaenim”, ucap Changmin lalu segera berdiri dari tempat duduknya dan menuju ke ruang guru.
Sesampainya di ruang guru, ia langsung mengambil sebuah buku besar dengan sampul biru yang berada di atas meja Eunhyuk Songsaenim wali kelasnya. Dalam perjalanan kembali ke kelas, buku itu tiba-tiba saja terjatuh dan tiupan angin membuat buku itu terbuka. Changmin bermaksud memumungut buku itu, matanya terbelalak saat melihat lembar halaman yang tebuka. Di dalamnya berisi informasi lengkap tentang Han Heerin. Matanya tertuju pada tanggal lahir Heerin yang tertulis 15 Mei 1994.
“jadi, Heerin besok ulang tahun?” gumam Changmin dalam hati. Di kepalanya langsung terpikir sebuah rencana untuk membuat kejutan sekaligus sebagai permintaan maaf kepada Heerin. Dengan tersenyum, Changmin menutup buku itu dan kembali ke kelas.
Keesokan harinya seolah baru mandapat keberanian yang besar, Changmin bertamu ke rumah Heerin. Sesampainya di sana Changmin baru tahu kalau selama ini Heerin tidak sakit. Eommanya bilang, sudah 5 hari ia mengunci diri di kamar dan tidak mau keluar. Orang tuannya sudah berupaya untuk membujuknya keluar, tapi tetap saja tidak mau. Padahal hari ini adalah hari ulang tahunnya dan kedua orang tuanya sudah menyiapkan kado untuknya.
“Heerin selalu seperti ini setiap menjelang hari ulang tahunnya. Sejak kematian Hankyung , teman masa kecilnya yang bertepatan dengan ulang tahunnya 2 tahun lalu ia selalu menjadikan hari Ulang tahunnya sebagai hari berkabung, bukan sebuah hari yang istimewa untuknya”, jelas Eomma Heerin pada Changmin. Wanita itu sangat khawatir kepada anaknya. Kemudian ia meminta Changmin untuk membujuk Heerin keluar.
“Ya Heerin-ah! Bisakah kau membuka pintu? Ada yang ingin ku bicarakan!”, pinta Changmin dari balik pintu. Mendengar suara Changmin, hati Heerin menjadi sedikit luruh. Ia kemudian membuka pintunya, dan membiarkan Changmin masuk ke dalam kamarnya.
“Ya! Sampai kapan kau mau menyiksa dirimu dengan bersikap seperti ini? Apakah kau piker dengan cara seperti ini Hankyung akan kembali hidup dan datang menemanimu lagi? Kau tidak kasihan dengan dirimu juga semua orang yang ada di sekitarmu? Aku sudah tahu jawabannya, kau tidak pedulikan? Tapi tidak bisakah walaupun hanya sedikitpun?”, ucap Changmin pada Heerin. Seketika mata Heerin menjadi basah. Ia hanya terdiam mendengar ucapan Changmin. Hati Changmin tersentuh. Ia mengumpulkan keberaniannya, lalu memeluk tubuh yang rapuh itu. Tangisnya pecah di dalam pelukan Changmin.
“sekarang ikut aku, ada yang ingin ku tunjukan kepadamu”, ujar Changmin pelan. Ia menyadari tubuh Heerin sangat lemas. Ia kemuadian berjongkok dan meminta Heerin naik ke punggungnya. Heerin tampak ragu-ragu. Eommanya kemudian datang, lalu meyakinkannya untuk ikut dengan changmin. Akhirnya Heerin mau mengikuti perkataan Changmin.
Changmin membawanya ke suatu tempat yang amat di kenalnya, tempat di mana sebuah kenangan manis berubah menjadi kepedihan yang luar biasa 2 tahun yang lalu. Tempat itu adalah bukit di mana Hankyung menghembuskan nafas terakhirnya. Hati Heerin berdegup kencang sekali. Changmin menurunkan Heerin di bawah pohon yang 2 tahun lalu menaunginya dengan Hankyung. Tiba-tiba kembang api berhamburan di atas langit yang menghasilkan pemandangan indah seperti 2 tahun lalu.
SAENGIL CHUKAE
HEERIN
SARANGHAE
Begitulah kata-kata yang tertulis di atas langit, dari kembang-kembang api itu. Mata Heerin kembali terguyur air mata yang deras.
“kenapa? Kenapa? Kenapa kau melakukan ini?”, ucap Heerin dengan suara bergetar.
“mianata, aku tidak bermaksud membuatmu mengingatnya lagi. Jangan Tanya dari mana aku tahu tentang ini semua. Aku hanya ingin sekarang kau mengingat kejadian ini bukan lagi kenangan dengan Hankyung, tapi aku ingin kau mengingatnya sebagai kenangan denganku”, ujar Changmin dengan lembut. Changmin terlihat lelah sekali, tiba-tiba ia ketiduran di atas rumput di bawah naungan kembang api yang masih bergemuruh. Heerin juga merasa kantuk. Tapi ia takut untuk tertidur, Heerin takut di saat ia membuka matanya laki-laki yang sekarang membuat suatu perasaan baru perlahan muncul di hatinya tidak ada lagi. Ia takut kejadian itu terulang kembali. Beberapa hari ini Heerin merasa kembali ke kejadian 2 tahun lalu.
Tiba-tiba, angin bertiup kencang sekali. Sesosok wajah yang putih di bawah sinar bulan muncul bersamaan dengan hembusan angin tadi. Heerin terperanjat, sosok yang amat di kenalinya kini berada di depannya dengan memakai pakaian serba putih.
“Op…Oppa!!”, ujar Heerin
“ne ! saengil chukae Heerin-ah! ucap Hankyung. Heerin mencoba untuk berdiri mendekati dan memegang sosok itu, tapi sayang tangannya menembus sosok itu. Yang berdiri di hadapan Heerin sekarang adalah arwah Hankyung. Wajah Heerin berubah menjadi sedih.
“Ya! Kenapa kau bersedih seperti itu? Kau yang sekarang bukanlah Heerin yang ku kenal! Mana Heerin yang ceria dan semangat?”, ucap Hankyung.
“aku seperti oleh siapa lagi kalau bukan karena Oppa! Kenapa memaksa menggendongku, padahal Oppa baru saja selesai koma? Kenapa juga Oppa memaksakan diri untuk menyiapkan kejutan untukku waktu itu. Oppa benar-benar Pabo!! Melihat senyum Oppa waktu itu saja sudah membuatku senang!”, ucap Heerin mencoba untuk tersenyum meskipun air matanya terus berlinang.
“karena waktu itu, aku mendengar suaramu. Saat aku koma, aku mendengar suaramu yang terus memanggilku. Kau terus mengingatkanku mengenai janjiku. Saat itu, aku tengah berada di ambang pintu. Tapi ada seorang malaikat datang kepadaku, lalu menyuruhku untuk kembali dengan waktu 24 jam saja. Mianata…. Waktu itu waktuku sempit sekali, jadi aku hanya menyiapkan kejutan itu”, ucap Hankyung sambil tersenyum dengan mata menerawang ke atas langit.
“Dari atas, aku selalu memperhatikanmu. Sejak aku pergi, kau berubah tidak seperti Heerin yang ku kenal. Malaikat itu datang lagi kepadaku dan kembali memberikanku kesempatan. Walaupun aku datang tidak lagi dengan tubuhku. Malaikat itu berkata, jika urusanku sudah selesai di dunia aku harus kembali. Selama ini aku mencari cara untuk membuatmu kembali tersenyum. Akhirnya aku menemukan Changmin yang ternyatasudah menyukaimu, sejak pertemuan awal kalian”, lanjut Hankyung.
“jadi, selama ini Oppa berusaha mendekatkan aku dengannya? Pantas saja aku selalu merasa aneh dengan kejadian-kejadian yang terjadi, karena sama seperti kejadian saat….. Oppa masih hidup”, ucap Heerin dengan sedkit tercegat.
“ne… kejadian di tangga waktu itu, aku yang sengaja mendorongmu, mianhe. Aku juga yang sengaja melingkari tanggal hari ulang tahunmu. Tapi kejutan kembang api ini adalah murni rencana Changmin. Dia sangat menyukaimu Heerin-ah”, Ujar Hankyung dengan lembut. Seketika tubuhnya bercahaya dan tampak bening, dan cahaya seperti lampu sorot panggung menyinarinya.
“sepertinya, sudah saatnya bagiku untuk pergi. Aku tahu, saat ini ada sebuah perasaan telah tumbuh dengan perlahan darimu untuk Changmin. Sekarang jangan takut lagi untuk menumbuhkannya, biarkan perasaan itu tumbuh karena itu adalah hadiahku untukmu. Jagalah perasaan itu, sama seperti kau menjaga perasaan mu terhadapku. Changmin adalah orang yang tepat bagimu, cintailah dia dengan segenap hatimu. Saranghae Heerin ah”, setelah berucap demikian, tubuh Hankyung yang bercahaya perlahan hilang. Heerin hanya menatap kepergian Hakyung dengan senyum yang di balut dengan derasnya air mata.
“Gomawo Hankyung Oppa… Nado saranghae Yeongweonhi. Aku janji, hadiah yang telah kau berikan akan ku jaga baik-baik”, Ujar Heerin lalu menatap ke langit. Sesaat ia merasakan sesuatu yang hangat berada di pundaknya. Changmin sudah berada di belakang Heerin, dan memakaikan Heerin jaket hangat miliknya. Heerin langsung berbalik dan memeluk laki-laki yang kini akan di cintainya dengan tulus.
“Ya! Kalau kau memelukku seperti ini, aku bisa salah paham”, ujar Changmin.
“biarkan seperti ini, ini tidak akan menjadi kesalahpahaman”, ujar Heerin dalam pelukan Changmin.
“maksudmu?”, Tanya Changmin tak mengerti. Heerin lalu melepaskan pelukannya. Lalu berjinjit dan menjitak kening Changmin lembut.
“Gomawo untuk kejutanmu, aku menyukainya. Seperti katamu tadi, kejutan ini akan ku ingat sebagai kenanganku denganmu”, ucap Heerin lalu tersenyum. Senyuman yang selama ini tidak pernah di lihat changmin. Lesung pipi yang terbentuk di kedua pipinya membuat Changmin terpesona.
“jinja? Jadi kau….”, ujar Changmin tak percaya
“Saranghae Changmin ah!”, ujar Heerin memotong ucapan Changmin. Changmin langsung sumringah, saking semangatnya ia menggendong Heerin lalu berputar.
“Kyaaaa!! Turunkan aku!!” teriak Heerin.
“NADO SARANGHAE HEERIN AH!!!!”, teriak Changmin tak mendengarkan pinta Heerin.
‘ Gomawo Oppa,aku berjanji mulai sekarang setiap ulang tahunku hadiahmu ini akan selalu ada dan tidak akan hilang karena ini adalah The Best Gift to me from heaven’, ucap Heerin dalam hati. Tanpa sadar, sebuah bintang bersinar dengan terang sekali.
*The Best Gift from Heaven /END *

0 komentar:

Posting Komentar

 

Always Giving The Best Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting