Senin, 21 Oktober 2013

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Diposting oleh Unknown di 15.46

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah proses pendidikan. Proses pendidikan sangat penting diperhatikan karena merupakan bagian dari sistem pelaksanaan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Bab I Ayat 6, bahwa Standar Proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kemampuan minimal yang harus dicapai oleh peserta didik setelah tamat mengikuti pendidikan pada jenjang atau satuan pendidikan tertentu, yang selanjutnya disebut dengan standar kelulusan.
Proses pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu kompetensi yang harus dicapai dalam ikhtiar pendidikan. Bagus dan idealnya suatu rumusan kompetensi sangat tergantung pada proses pembelajaran yang dilakukan guru.
Dalam implementasi Standar proses pendidikan, guru merupakan komponen yang sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai unjung tombak.Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat dimulai dari pembenahan kemampuan guru. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana merancang suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, karena tidak semua tujuan bisa dicapai hanya dengan satu strategi tertentu saja.
Guru sebagai pengelola pembelajaran berperan menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman dan produktif. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar siswa. Menurut Ivor K. Devais (1987), salah satu kecenderungan yang sering dilakukan guru adalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru. Dalam hubungan dengan pengelolaan pembelajaran, Alvin C.Eurich dalam Witherington (1986), menjelaskan beberapa prinsip belajar. Salah satu prinsip yang menjadi perhatian peneliti adalah “Apabila siswa diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar”.
Tanggung jawab siswa dalam belajar sangat penting untuk diperhatikan oleh guru karena tanggung jawab itu termasuk motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik dapat dipertinggi dengan penggunaan materi yang menarik dan juga cara penyampaian materi pelajaran yang menarik pula. Beberapa model pembelajaran memiliki orientasi tertentu dengan tujuan akhirnya, seperti penyampaian materi menjadi menarik bagi siswa dan siswa mudah untuk belajar. Salah satu contohnya model kooperatif yang memiliki orientasi pada pengembangan sosial siswa atau kerjasama siswa dalam kelompok.
Perkembangan siswa secara utuh adalah perkembangan siswa yang meliputi seluruh aspek meliputi fisik dan psikis; kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik.Aspek sosial juga penting menjadi perhatian guru dalam pengembangan potensi siswa. Siswa harus berkembang ideal dalam lingkungannya. Interaksi siswa dengan orang lain dan lingkungannya dapat dikembangkan melalui interaksi pembelajaran yang kondusif. Dalam proses pembelajaran dapat terjadi kolaborasi potensi diri, sehingga terjadi proses kematangan diri.
Metode pembelajaran yang berpotensi untuk mengebangkan aspek sosial salah satunya adalah diskusi. Dalam berdiskusi, siswa akan akan saling bertukar pikiran atau gagasan sehingga siswa mengalami klarifikasi pemikiran, klarifikasi perasaan, klarifikasi nilai-nilai. Disinilah diskusi memili akses yang besar membelajarkan siswa untuk mandiri mengolah pengetahuanya dengan muatan yang dekat dirinya dalam kehidupan sosialnya. Tingkat kedalaman makna komunikasi dalam kesejajaran dan kondisi kolaborasi yang komunikatif penting diciptakan sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna.
Secara ideal dalam diskusi, setiap peserta diskusi harus berpartisipasi dengan aktif. Namun dalam kenyataannya yang terjadi dalam konteks pembelajaran di sekolah dasar, partisipasi aktif cenderung didominasi oleh beberapa siswa, sehingga proses diskusi dan proses pembelajaran menjadi tidak produktif untuk belajar, ada beberapa siswa yang tidak memiliki kompetensi yang disyaratkan untuk dapat berdiskusi dengan baik. Pada saat pembelajaran yang berlangsung seperti ini terjadi kemandulan dalam proses diskusi. Mereka dengan keterbatasannya tidak dapat menggali bagaimana menyatukan keterbatasan tersebut sehingga menjadi kekuatan untuk saling bertukar pikiran. Kerjasama siswa disini sangat lemah dan tidak tergali.beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab kemandulan diskusi, yaitu:
v  beberapa siswa merasa tugas-tugasnya telah dikerjakan teman yang lain atau merasa tidak memiliki peran;
v  siswa tidak memiliki orientasi tujuan dalam diskusi;
v  siswa kurang solidaritasnya;
v  siswa kurang pandai mengolah waktu.
untuk meningkatkan kemampuan kerja sama siswa dalam diskusi dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw. karena teknik jigsaw adalah teknik pembelajaran yang memiliki sistem yang terstruktur dengan mengedepankan tanggung jawab individual terhadap kelompok, dan pemerataan peran yang berakses terhadap prestasi kelompok. Perjuangan individu sangat menentukan keberhasilan kelompok. Kompilasi dari seluruh keterbatasan anggota kelompok tadi merupakan kekuatan besar bagi kelompok. Di sinilah model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw membangun kerja sama dan kekompakan kelompok sehingga kelompok menjadi memiliki makna organisme.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar belakang diatas maka penyusun merumuskan masalah yang hendak dibahas dalam makalah ini ialah sebagai berikut..
1.      Bagaimana model pembelajaran kooperatif?
2.      Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

C.    Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai berikut.
1.      Dapat mengetahui seperti apakah  metode pembelajaran kooperatif itu
2.      Dapat mengetahui seperti apakah  metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

D.    Metode Penulisan
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menggunakan metode jelajah (browsing)   internet dan studi pustaka. Metode ini merupakan pengumpulan berbagai sumber data dari internet dan buku referensi yang relevan,lalu menganalisanya, membandingkan dengan sumber data lainnya (mencari titik temu dari beberapa konsep yang berbeda) dan akhirnya menginterpretasikan data tersebut dalam bentuk makalah.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Model Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (1995) mengemukakan dua alasan. Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, model pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda. Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Model pembelajaran kooperatif ini bisa digunakan manakala:
1.      Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usaha individual dalam  belajar.
2.      Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.
3.       Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain.
4.      Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
5.      Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi mereka.
6.      Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.

a.      Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperaif berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut.
Salvin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial, persektif perkembangan kognitif, dan persektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaaan diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.
Dengan demikian, karakterisik model pembelajaran kooperaif adalah:
§  Pembelajaran secara Tim
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan sehingga tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap kelompok bersifat heterogen. Artinya, kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
§  Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Fungsi perencanaan artinya memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Fungsi pelaksanaan artinya dilaksanakan  sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah dientukan. Fungsi organisasi artinya pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol artinya perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.
§  Kemauan untuk bekerja sama
§  Keterampilan bekerja sama

b.      Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif
 Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan di bawah ini:
v  Prinsip saling tergantung positif (Positive Interdependence)
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling tergantung.
v  Tanggung jawab perseorangan (Individual Accountability)
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.
v  Interaksi tatap muka
Model pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberi informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberi pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.
v  Partisipasi dan komunikasi
Model pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemempuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak.

c.       Prosedur Model Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu:
1)      Penjelasan materi
Tahap ini diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Guru hanya memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok.
2)      Belajar dalam kelompok
Pada tahap ini, siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender, latar belakang agama, soaial-ekonomi, dan perbedaan kemampuan akademik.
3)      Penilaian
Penilaian bisa dilakukan dengan tes atau kuis baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa; dn tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua.
4)      Pengakuan tim
Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim berprestasiuntuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Hali ini diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan moivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatan prestasi mereka.

d.      Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan model pembelajaran kooperatif sebagai suatu model pembelajaran diantaranya (Sanjaya, 2006:249) :
a)      Siswa tidak terlalu mengantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b)      Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c)      Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
d)     Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik, siswa dapat berpraktek memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
e)      Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
f)       Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

e.       Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Di samping keunggulan, model pembelajaran kooperatif  juga memiliki keterbatasan, diantaranya;
a)      Untuk memahami dan mengerti filosofis membutuhkan banyak waktu. Siswa yang dianggap memiliki kelebihan akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan.
b)      Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
  1. Model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw.
Model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dikemukakan oleh Aroson, Blanney, dan Stephen, Sikes dan Snapp ( dalam Supandi dan Zainuri 2005).
1.      Pengertian
Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya system pembelajaran menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa.
Wina Sanjaya (2006) dalam bukunya strategi pembelajaran menjelaskan beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa, antara lain pertama, asumsi tentang siswa sebagai subyek pendidikan, yaitu:
v  Siswa bukanlah manusia dalam ukuran mini, akan tetapi manusia yang sedang dalam tahap perkembangan.
v  Setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda.
v  Anak didik pada dasarnya adalah insane yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi lingkungan.
v  Anak didik memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya.
Asumsi tersebut mengambarkan bahwa anak bukanlah obyek yang harus dijejali informasi, tetapi mereka adalah subyek yang memiliki potensi dan proses pembelajaran untuk mengembangkan seluruh potensinya. Kedua, asumsi yang terkait dengan proses pengajaran adalah:
§  Bahwa proses pengajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu system.
§  Peristiwa belajar akan terjadi manakala anak didik berinteraksi dengan lingkungan yang diatur oleh guru.
§  Proses pengajaran akan lebih efektif apabila menggunakan metode dan teknik yang tepat dan berdayaguna.
§  Pengajaran memberikan tekanan pada proses dan produk secara seimbang.
§   Inti proses pengajaran adalah kegiatan belajar siswa yang optimal.
Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat disimpulkan sebagai model pembelajaran kooperatif, dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
2.      Langkah-langkah model pembelajaran Koopereatif Teknik Jigsaw
Langkah- langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
a.      Kelompok Asal (Base Group):
                                                                                    ·          Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4 – 6 orang
                                                                                    ·          Bagikan materi atau tugas yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
                                                                                    ·          Masing-masing siswa dalam kelompok  mendapat tugas atau materi yang berbeda dan memahami informasi yang berada di dalamnya.
b.      Kelompok Ahli (Expert Group)
                                                                                    ·          Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki tugas/ materi yang sama dalam satu kelompok.
                                                                                    ·          Dalam kelompok ahli ini guru menugaskan siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan materi atau tugas yang menjadi tanggung jawab siswa.
                                                                                    ·          Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari materi atau tugas yang telah dipahami kelompok asal.
                                                                                    ·           Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok asal.
                                                                                    ·          Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyam-paikan hasil dari tugas di kelompok ahli.
                                                                                    ·          Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan mempresentasikan di depan kelas. (Depdiknas dalam Asih, 2008).
Langkah –langkah di atas sama seperti pendapat Stahl dan Aronson, Elliot (dalam Wirta:2003) yang membagi menjadi 7 fase yaitu:
Fase 1. Menyampaikan tujuan dan memotifasi siswa.
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut. Dan memotifasi siswa untuk belajar.

Fase 2. Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jelas menyuguhkan ber-bagai fakta, pengalaman, fenomena fisis yang berkaitan langsung dengan materi.

Fase3. Kelompok Dasar/Asal atau Base Group.
Siswa dikelompokkan menjadi kelompok asal/dasar dengan anggota 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik yang heterogen. Setiap anggota kelompok diberikan sub pokok bahasan/topik yang berbeda untuk mereka pelajari.

Fase 4. Kelompok Ahli atau Expert Group.
Siswa yang mendapat topik yang sama berdiskusi dalam kelompok ahli.
Fase 5. Tim ahli kembali ke kelompok dasar.

Siswa kembali ke kelompok dasar/asal untuk menjelaskan apa yang mereka dapatkan dalam kelompok ahli.
Fase 6. Evaluasi

Semua siswa diberikan tes meliputi semua topik.

Fase 7. Memberikan Penghargaan
Guru memberikan penghargaan baik secara individual maupun kelompok.

3.      Keunggulan model pembelajaran Koopereatif Teknik Jigsaw
Teknik Jigsaw memiliki beberapa keunggulan dalam memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan potensi diri. Beberapa keunggulan itu adalah:
                                                           ·          Dapat menambah kepercayaan siswa akan kemampuan berpikir kritis.
                                                           ·          Setiap siswa akan memiliki tanggung jawab akan tugasnya.
                                                           ·          Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan dalam memecahkan masalah tanpa takut membuat salah.
                                                           ·          Dapat meningkatkan kemampuan sosial: mengembangkan rasa harga diri dan hubungan interpersonal yang positif.
                                                           ·          Waktu pelajaran lebih efisien dan efektif.
                                                           ·          Dapat berlatih berkomunikasi dengan baik.
4.      Kelemahan model pembelajaran Koopereatif Teknik Jigsaw
Menurut (Roy Killen, 1966) diantaranya adalah:
a) Prinsip utama pembelajaran ini adalah “Peerteaching” yaitu pembelajaran oleh teman sendiri. Ini akan menjadi kendala karena persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain. Dalam hal ini pengawasan guru menjadi hal mutlak diperlukan agar jangan sampai terjadi salah konsep (Miss Conception).
b) Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada teman, jika siswa tidak percaya diri, pendidik harus mampu memainkan perannya dalam memfasilitasi kegiatan belajar.
c) Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
d) Awal pembelajaran ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bias berjalan dengan baik.
e) Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (> 40 siswa) sangat sulit.

5.      Penerapan Metode Pembelajaran Tipe Kooperatif Pada Materi Kimia SMA Tentang Struktur Atom

Konsep kimia yang digunakan di SMA masih bersifat dasar oleh karena itu belajar kimia sangat menarik bagi siswa jika penajiannya bersifat kongkrit dan melibatkan siswa secara efektif, hal ini terjadi karena ilmu kimia berkembang berdasarkan hasil percobaan para ahli kimia untuk menghasilkan fakta  dan teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat  dijelaskan dengan logika kimia. ( BSNP)
Salah satu pokok bahasan kimia di SMA adalah Sistem Periodik dan Struktur Atom. Pokok bahasan Sruktur Atom dan Sistem Periodik merupakan dasar untuk mempelajari pokok bahasan selanjutnya. Dengan menguasai pokok bahasan Struktur Atom dan sistem Periodik, siswa diharapkan dapat mempelajari pokok bahasan selanjutnya dengan mudah. Dalam memahami suatu materi pembelajaran diperlukan suatu pemahaman konsep.
Jika dilihat dari kenyataan, siswa sering merasa kesulitan dalam memahami pokok bahasan Sruktur Atom dan Sistem Periodik. Untuk memecahkan permasalahan tersebut perlu diupayakan suatu perbaikkan dalam proses pembelajaran. Salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh guru adalah dengan menerapkan suatu Model pembelajaran yang diharapkan mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan kesulitan siswa dalam memahami pokok bahasan Sistem Periodik dan Struktur Atom.
Berikut ini adalah contoh penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi Kimia SMA tentang Struktur atom.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Ø  Nama Sekolah :
Ø  Mata Pelajaran : Kimia
Ø  Kelas/Semester : X/1
Ø  Pertemuan Ke- : 1
Ø  Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
Ø  Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsure dan ikatan
                                          Kimia
Ø Kompetensi Dasar : 1.1    Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat-
                                          sifat unsur, massa atom relatif, dan sifatsifatperiodik unsur
                                          dalam table periodik serta menyadari keteraturannya, melalui
                                          pemahaman konfigurasi elektron.
Ø  Indikator : Membandingkan perkembangan teori atom, mulai dari teori atom Dalton hingga teori atom Niels Bohr.
Ø  I.Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat:
 Menjelaskan perkembangan model atom, dari model atom Dalton hingga teori atom modern.

Ø  II. Model Pembelajaran
Model Pembelajaran         : Kooperatif
Metode                              : Jigsaw

Ø  III. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal (Apersepsi)
Ø  Memotivasi dengan menggunakan peristiwa yang ada dalam kehidupan sehari-hari, guru memberikan contoh bahwa ilmu pengetahuan selalu mengalami penyempurnaan.
Ø  Menginformasikan tentang materi yang akan di pelajari serta   metode pembelajaran yang akan dilaksanakan.
B. Kegiatan Inti
1.       Memberikan gambaran umum tentang perkembangan model atom sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan (Mulai dari teori atom Dalton hingga Schrodinger (mekanika kuantum)).
2.       Membagi tugas pada setiap siswa dalam kelompok (Kelompok  JIGSAW).
Dalam hal ini terdapat lima kelompok asal yang terbagi atas lima orang tiap kelompoknya (hal ini agar lebih efektif dan efisien) sebagai berikut:
Ø  Kelompok 1: teori dan model atom Dalton
Ø  Kelompok 2: teori dan model atom Thompson
Ø  Kelompok 3: teori dan model atom Rutherford
Ø  Kelompok 4: teori dan model atom Niels Bohr
Ø  Kelompok 5: teori dan model atom Schrodinger (teori atom mekanika kuantum)
  3.       Meminta setiap siswa mempelajari materi yang menjadi  tanggung  jawabnya.
  4.       Setiap siswa yang mendapatkan tugas mempelajari materi yang sama untuk berkelompok dalam satu kelompok untuk mendiskusikan materi mereka (kelompok ahli)
5.       Setiap siswa kembali dalam kelompok asal untuk menjelaskan kepada setiap anggota kelompoknya.
6.       Meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya (dipilih secara acak) dan kelompok lain menanggapi/mengajukan  pertanyaan atau saran, guru sebagai fasilitator hanya meluruskan  pendapat siswa yang kurang tepat
7.       Guru mengevaluasi dan memberikan penghargaan bagi siswa berprestasi  secara individu atau kelompok
C. Kegiatan Akhir
1. Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dipelajari
2. Memberi pekerjaan rumah
3. Menutup pelajaran dan mengucapkan salam.





BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Model Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
a.       karakterisik model pembelajaran kooperaif adalah:
·         Pembelajaran secara Tim
·         Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
·         Kemauan untuk bekerja sama
·         Keterampilan bekerja sama
b.      Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif
·         Prinsip saling tergantung positif (Positive Interdependence)
·         Tanggung jawab perseorangan (Individual Accountability)
·         Interaksi tatap muka
·         Partisipasi dan komunikasi
c.       Prosedur Model Pembelajaran Kooperatif
·        Penjelasan materi
·        Belajar dalam kelompok
·        Penilaian
·        Pengakuan tim

d.      Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif
·            Siswa tidak terlalu mengantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
·             Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
·            Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
·            Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik, siswa dapat berpraktek memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
·            Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
·             Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

e.       Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
·       Untuk memahami dan mengerti filosofis membutuhkan banyak waktu.
·       Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja kelompok.
2.      Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat disimpulkan sebagai model pembelajaran kooperatif, dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
a.       Langkah-langkah model pembelajaran Koopereatif Teknik Jigsaw :
·         Fase 1. Menyampaikan tujuan dan memotifasi siswa.
·         Fase 2. Menyajikan informasi.
·         Fase3. Kelompok Dasar/Asal atau Base Group.
·         Fase 4. Kelompok Ahli atau Expert Group.
·         Fase 5. Tim ahli kembali ke kelompok dasar.
·         Fase 6. Evaluasi
·         Fase 7. Memberikan Penghargaan

b.      Keunggulan model pembelajaran Koopereatif Teknik Jigsaw :
                                                           ·          Dapat menambah kepercayaan siswa akan kemampuan berpikir kritis.
                                                           ·          Setiap siswa akan memiliki tanggung jawab akan tugasnya.
                                                           ·          Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan dalam memecahkan masalah tanpa takut membuat salah.
                                                           ·          Dapat meningkatkan kemampuan sosial: mengembangkan rasa harga diri dan hubungan interpersonal yang positif.
                                                           ·          Waktu pelajaran lebih efisien dan efektif.
                                                           ·          Dapat berlatih berkomunikasi dengan baik.
c.       Kelemahan model pembelajaran Koopereatif Teknik Jigsaw :
·           Prinsip utama pembelajaran ini adalah “Peerteaching” yaitu pembelajaran oleh teman sendiri.
·           Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada teman, jika siswa tidak percaya diri, pendidik harus mampu memainkan perannya dalam memfasilitasi kegiatan belajar.
·           Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
·           Awal pembelajaran ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bias berjalan dengan baik.
·           Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (> 40 siswa) sangat sulit.
d.      Contoh penerapan model pembelajaran Koopereatif  Teknik Jigsaw dalam kimia adalah pada pelajran mengenai struktur atom





B.  SARAN
  1. Bagi Guru
Guru dapat lebih berinisiatif untuk memakai banyak pilihan pendekatan dan model dalam kegiatan pembelajaran, khususnya model pembelajaraan kooperatif teknik jigsaw, model pembelajaran ini dapat menghindari siswa dari kejenuhan terhadap metode ceramah yang sering digunakan guru dalam proses pembelajara. Dan salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kreatifitas siswa yaitu dengan cara guru mampu merancang pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan membuat siswa menyukai kegiatan belajar.
  1. Bagi Siswa
Siswa dapat menyadari bahwa kreatifitas berdiskusi dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran, jika siswa secara aktif mendengarkan penjelasan guru dan juga secara aktif menggunakan kemampuan bertanya, berpendapata dan menyanggah untuk menemukan data dalam pemecahan masalah.




DAFTAR PUSTAKA

·         Sanjaya, Wina.2010.  Strategi  Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Grup
·         http://www.jigsaw.org/
·         http://sunartombs.wordpress.com/2009/06/15/pengertian-dan-penerapan-metode-jigsaw/

http://trilestari-sdkanisiusgowongan.blogspot.com/
http://edibesuki.blogspot.com/2008/11/pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw_16.html
 
download dokumennya di sini :
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Always Giving The Best Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting