BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah proses pendidikan. Proses pendidikan sangat penting diperhatikan karena
merupakan bagian dari sistem pelaksanaan pendidikan, seperti yang tertuang
dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Bab I Ayat 6, bahwa Standar Proses
pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kemampuan minimal yang harus
dicapai oleh peserta didik setelah tamat mengikuti pendidikan pada jenjang atau
satuan pendidikan tertentu, yang selanjutnya disebut dengan standar kelulusan.
Proses pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
yaitu kompetensi yang harus dicapai dalam ikhtiar pendidikan. Bagus dan
idealnya suatu rumusan kompetensi sangat tergantung pada proses pembelajaran
yang dilakukan guru.
Dalam implementasi Standar proses pendidikan, guru merupakan komponen yang
sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat
tergantung pada guru sebagai unjung tombak.Oleh karena itu, upaya peningkatan
kualitas pendidikan dapat dimulai dari pembenahan kemampuan guru. Salah satu
kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana merancang suatu strategi
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai,
karena tidak semua tujuan bisa dicapai hanya dengan satu strategi tertentu
saja.
Guru sebagai pengelola pembelajaran berperan menciptakan iklim belajar yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman dan produktif. Melalui
pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk
terjadinya proses belajar siswa. Menurut Ivor K. Devais (1987), salah satu
kecenderungan yang sering dilakukan guru adalah melupakan bahwa hakikat
pembelajaran adalah belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru. Dalam hubungan
dengan pengelolaan pembelajaran, Alvin C.Eurich dalam Witherington (1986),
menjelaskan beberapa prinsip belajar. Salah satu prinsip yang menjadi perhatian
peneliti adalah “Apabila siswa diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih
termotivasi untuk belajar”.
Tanggung jawab siswa dalam belajar sangat penting untuk diperhatikan oleh
guru karena tanggung jawab itu termasuk motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik
dapat dipertinggi dengan penggunaan materi yang menarik dan juga cara
penyampaian materi pelajaran yang menarik pula. Beberapa model pembelajaran
memiliki orientasi tertentu dengan tujuan akhirnya, seperti penyampaian materi
menjadi menarik bagi siswa dan siswa mudah untuk belajar. Salah satu contohnya
model kooperatif yang memiliki orientasi pada pengembangan sosial siswa atau
kerjasama siswa dalam kelompok.
Perkembangan siswa secara utuh adalah perkembangan siswa yang meliputi
seluruh aspek meliputi fisik dan psikis; kognitif, afektif, konatif, dan
psikomotorik.Aspek sosial juga penting menjadi perhatian guru dalam
pengembangan potensi siswa. Siswa harus berkembang ideal dalam lingkungannya.
Interaksi siswa dengan orang lain dan lingkungannya dapat dikembangkan melalui
interaksi pembelajaran yang kondusif. Dalam proses pembelajaran dapat terjadi
kolaborasi potensi diri, sehingga terjadi proses kematangan diri.
Metode pembelajaran yang berpotensi untuk mengebangkan aspek sosial salah
satunya adalah diskusi. Dalam berdiskusi, siswa akan akan saling bertukar
pikiran atau gagasan sehingga siswa mengalami klarifikasi pemikiran,
klarifikasi perasaan, klarifikasi nilai-nilai. Disinilah diskusi memili akses
yang besar membelajarkan siswa untuk mandiri mengolah pengetahuanya dengan
muatan yang dekat dirinya dalam kehidupan sosialnya. Tingkat kedalaman makna
komunikasi dalam kesejajaran dan kondisi kolaborasi yang komunikatif penting
diciptakan sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna.
Secara ideal dalam diskusi, setiap peserta diskusi harus berpartisipasi
dengan aktif. Namun dalam kenyataannya yang terjadi dalam konteks pembelajaran
di sekolah dasar, partisipasi aktif cenderung didominasi oleh beberapa siswa,
sehingga proses diskusi dan proses pembelajaran menjadi tidak produktif untuk
belajar, ada beberapa siswa yang tidak memiliki kompetensi yang disyaratkan
untuk dapat berdiskusi dengan baik. Pada saat pembelajaran yang berlangsung
seperti ini terjadi kemandulan dalam proses diskusi. Mereka dengan
keterbatasannya tidak dapat menggali bagaimana menyatukan keterbatasan tersebut
sehingga menjadi kekuatan untuk saling bertukar pikiran. Kerjasama siswa disini
sangat lemah dan tidak tergali.beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab
kemandulan diskusi, yaitu:
v beberapa siswa merasa tugas-tugasnya telah dikerjakan teman yang lain atau
merasa tidak memiliki peran;
v siswa tidak memiliki orientasi tujuan dalam diskusi;
v siswa kurang solidaritasnya;
v siswa kurang pandai mengolah waktu.
untuk meningkatkan kemampuan kerja sama siswa dalam diskusi dapat
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw. karena teknik jigsaw
adalah teknik pembelajaran yang memiliki sistem yang terstruktur dengan
mengedepankan tanggung jawab individual terhadap kelompok, dan pemerataan peran
yang berakses terhadap prestasi kelompok. Perjuangan individu sangat menentukan
keberhasilan kelompok. Kompilasi dari seluruh keterbatasan anggota kelompok
tadi merupakan kekuatan besar bagi kelompok. Di sinilah model pembelajaran
kooperatif teknik Jigsaw membangun kerja sama dan kekompakan kelompok sehingga
kelompok menjadi memiliki makna organisme.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penyusun
merumuskan masalah yang hendak dibahas dalam makalah ini ialah sebagai
berikut..
1. Bagaimana model pembelajaran kooperatif?
2. Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
C.
Tujuan
Tujuan penulisan
makalah ini ialah sebagai berikut.
1. Dapat
mengetahui seperti apakah metode pembelajaran kooperatif itu
2. Dapat
mengetahui seperti apakah metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
D.
Metode
Penulisan
Dalam menyelesaikan
makalah ini, penulis menggunakan metode jelajah (browsing) internet dan studi pustaka. Metode ini
merupakan pengumpulan berbagai sumber data dari internet dan buku referensi
yang relevan,lalu menganalisanya, membandingkan dengan sumber data lainnya
(mencari titik temu dari beberapa konsep yang berbeda) dan akhirnya
menginterpretasikan data tersebut dalam bentuk makalah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Model
Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran kelompok yang
akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk
digunakan. Slavin (1995) mengemukakan dua alasan. Pertama, beberapa hasil
penelitian membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan
diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, model
pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar
berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
Dari dua alasan tersebut, maka model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini
memiliki kelemahan.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
atau suku yang berbeda. Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap
kelompok akan memperoleh penghargaan, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi
yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai
ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan
memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan
interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling
membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga
setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi
demi keberhasilan kelompok. Model pembelajaran kooperatif ini bisa digunakan
manakala:
1.
Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping
usaha individual dalam belajar.
2.
Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa
yang pintar saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.
3.
Jika guru ingin
menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya, dan belajar dari
bantuan orang lain.
4.
Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
5.
Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan
menambah tingkat partisipasi mereka.
6.
Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.
a. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperaif berbeda dengan model pembelajaran yang lain.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan
kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya
kemampuan akademik, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi
tersebut.
Salvin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui
kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif yaitu perspektif motivasi,
perspektif sosial, persektif perkembangan kognitif, dan persektif elaborasi
kognitif. Perspektif motivasi artinya
bahwa penghargaaan diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota
kelompok akan saling membantu. Perspektif
sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu
dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh
keberhasilan. Perspektif perkembangan
kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok
dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif artinya bahwa setiap
siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah
pengetahuan kognitifnya.
Dengan
demikian, karakterisik model pembelajaran kooperaif adalah:
§ Pembelajaran
secara Tim
Tim merupakan tempat untuk mencapai
tujuan sehingga tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim
harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap kelompok
bersifat heterogen. Artinya, kelompok terdiri atas anggota yang memiliki
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal
ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan
pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota
dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
§ Didasarkan pada
Manajemen Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki
empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi
pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Fungsi perencanaan artinya memerlukan
perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif.
Fungsi pelaksanaan artinya dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang
sudah dientukan. Fungsi organisasi artinya pembelajaran kooperatif adalah
pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur
tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol artinya perlu
ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.
§ Kemauan
untuk bekerja sama
§ Keterampilan
bekerja sama
b. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran
kooperatif, seperti dijelaskan di bawah ini:
v Prinsip
saling tergantung positif (Positive Interdependence)
Dalam pembelajaran kelompok,
keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang
dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh
setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan
ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota
dalam kelompok akan merasa saling tergantung.
v Tanggung
jawab perseorangan (Individual Accountability)
Prinsip ini merupakan konsekuensi
dari prinsip yang pertama. Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap
anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai
dengan tugasnya.
v Interaksi
tatap muka
Model pembelajaran kooperatif
memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk
bertatap muka saling memberi informasi dan saling membelajarkan. Interaksi
tatap muka akan memberi pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok
untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan
masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.
v Partisipasi
dan komunikasi
Model pembelajaran kooperatif
melatih siswa untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemempuan ini
sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak.
c. Prosedur Model Pembelajaran Kooperatif
Prosedur
pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu:
1)
Penjelasan materi
Tahap ini diartikan sebagai proses
penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.
Guru hanya memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus
dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran
kelompok.
2)
Belajar dalam kelompok
Pada tahap ini, siswa diminta untuk
belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya.
Pengelompokan bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk berdasarkan
perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender, latar belakang
agama, soaial-ekonomi, dan perbedaan kemampuan akademik.
3)
Penilaian
Penilaian bisa dilakukan dengan tes
atau kuis baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual akan
memberikan informasi kemampuan setiap siswa; dn tes kelompok akan memberikan
informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah
penggabungan keduanya dan dibagi dua.
4)
Pengakuan tim
Pengakuan tim (team recognition)
adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim berprestasiuntuk
kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Hali ini diharapkan dapat
memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan moivasi tim lain
untuk lebih mampu meningkatan prestasi mereka.
d. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan model pembelajaran kooperatif sebagai suatu model pembelajaran
diantaranya (Sanjaya, 2006:249) :
a)
Siswa tidak terlalu mengantungkan pada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b)
Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau
gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide
orang lain.
c)
Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
d)
Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide
dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik, siswa dapat berpraktek
memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat
adalah tanggung jawab kelompoknya.
e)
Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan
informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
f)
Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat
meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna
untuk proses pendidikan jangka panjang.
e. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Di samping
keunggulan, model pembelajaran kooperatif
juga memiliki keterbatasan, diantaranya;
a)
Untuk memahami dan mengerti filosofis membutuhkan
banyak waktu. Siswa yang dianggap memiliki kelebihan akan merasa terhambat oleh
siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan.
b)
Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja
kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau
prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
- Model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw.
Model
pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dikemukakan oleh Aroson, Blanney, dan
Stephen, Sikes dan Snapp ( dalam Supandi dan Zainuri 2005).
1. Pengertian
Dalam
standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa.
Artinya system pembelajaran menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Dengan
kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa.
Wina Sanjaya
(2006) dalam bukunya strategi pembelajaran menjelaskan beberapa asumsi perlunya
pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa, antara lain pertama, asumsi
tentang siswa sebagai subyek pendidikan, yaitu:
v Siswa
bukanlah manusia dalam ukuran mini, akan tetapi manusia yang sedang dalam tahap
perkembangan.
v Setiap
manusia mempunyai kemampuan yang berbeda.
v Anak didik
pada dasarnya adalah insane yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi
lingkungan.
v Anak didik
memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya.
Asumsi
tersebut mengambarkan bahwa anak bukanlah obyek yang harus dijejali informasi,
tetapi mereka adalah subyek yang memiliki potensi dan proses pembelajaran untuk
mengembangkan seluruh potensinya. Kedua, asumsi yang terkait dengan proses
pengajaran adalah:
§ Bahwa proses
pengajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu system.
§ Peristiwa
belajar akan terjadi manakala anak didik berinteraksi dengan lingkungan yang
diatur oleh guru.
§ Proses
pengajaran akan lebih efektif apabila menggunakan metode dan teknik yang tepat
dan berdayaguna.
§ Pengajaran
memberikan tekanan pada proses dan produk secara seimbang.
§ Inti proses pengajaran adalah kegiatan belajar
siswa yang optimal.
Pengertian model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dapat disimpulkan sebagai model pembelajaran kooperatif, dimana siswa belajar dalam kelompok kecil
yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama
positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu
dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota
kelompok yang lain.
2. Langkah-langkah
model pembelajaran Koopereatif Teknik Jigsaw
Langkah-
langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
a. Kelompok
Asal (Base Group):
·
Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang
beranggotakan 4 – 6 orang
·
Bagikan materi atau tugas yang sesuai dengan materi
yang diajarkan.
·
Masing-masing siswa dalam kelompok mendapat tugas atau materi yang berbeda dan
memahami informasi yang berada di dalamnya.
b. Kelompok
Ahli (Expert Group)
·
Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki tugas/
materi yang sama dalam satu kelompok.
·
Dalam kelompok ahli ini guru menugaskan siswa belajar
bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan materi atau tugas yang menjadi
tanggung jawab siswa.
·
Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk
memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari materi atau tugas
yang telah dipahami kelompok asal.
·
Apabila tugas
sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke
kelompok asal.
·
Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa
untuk menyam-paikan hasil dari tugas di kelompok ahli.
·
Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara
keseluruhan masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan mempresentasikan di
depan kelas. (Depdiknas dalam Asih, 2008).
Langkah
–langkah di atas sama
seperti pendapat Stahl dan Aronson, Elliot (dalam Wirta:2003) yang membagi
menjadi 7 fase yaitu:
Fase 1. Menyampaikan tujuan dan memotifasi siswa.
Guru
menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran
tersebut. Dan memotifasi siswa untuk belajar.
Fase 2. Menyajikan informasi.
Guru
menyajikan informasi kepada siswa dengan jelas menyuguhkan ber-bagai fakta,
pengalaman, fenomena fisis yang berkaitan langsung dengan materi.
Fase3. Kelompok Dasar/Asal atau Base Group.
Siswa dikelompokkan
menjadi kelompok asal/dasar dengan anggota 5 sampai 6 orang dengan kemampuan
akademik yang heterogen. Setiap anggota kelompok diberikan sub pokok
bahasan/topik yang berbeda untuk mereka pelajari.
Fase 4. Kelompok Ahli atau Expert Group.
Siswa yang
mendapat topik yang sama berdiskusi dalam kelompok ahli.
Fase 5. Tim ahli kembali ke kelompok dasar.
Siswa
kembali ke kelompok dasar/asal untuk menjelaskan apa yang mereka dapatkan dalam
kelompok ahli.
Fase 6. Evaluasi
Semua siswa
diberikan tes meliputi semua topik.
Fase 7. Memberikan Penghargaan
Guru
memberikan penghargaan baik secara individual maupun kelompok.
3.
Keunggulan model pembelajaran Koopereatif Teknik
Jigsaw
Teknik
Jigsaw memiliki beberapa keunggulan dalam memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan
potensi diri. Beberapa keunggulan itu adalah:
·
Dapat menambah kepercayaan siswa akan kemampuan
berpikir kritis.
·
Setiap siswa akan memiliki tanggung jawab akan
tugasnya.
·
Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau
gagasan dalam memecahkan masalah tanpa takut membuat salah.
·
Dapat meningkatkan kemampuan sosial: mengembangkan
rasa harga diri dan hubungan interpersonal yang positif.
·
Waktu pelajaran lebih efisien dan efektif.
·
Dapat berlatih berkomunikasi dengan baik.
4. Kelemahan
model pembelajaran Koopereatif Teknik Jigsaw
Menurut (Roy
Killen, 1966) diantaranya adalah:
a) Prinsip
utama pembelajaran ini adalah “Peerteaching” yaitu pembelajaran oleh teman
sendiri. Ini akan menjadi kendala karena persepsi dalam memahami suatu konsep
yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain. Dalam hal ini pengawasan guru
menjadi hal mutlak diperlukan agar jangan sampai terjadi salah konsep (Miss
Conception).
b) Dirasa
sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada teman,
jika siswa tidak percaya diri, pendidik harus mampu memainkan perannya dalam
memfasilitasi kegiatan belajar.
c) Rekod
siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh
pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali
tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
d) Awal
pembelajaran ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup
dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bias berjalan dengan
baik.
e) Aplikasi
metode ini pada kelas yang besar (> 40 siswa) sangat sulit.
5.
Penerapan
Metode Pembelajaran Tipe Kooperatif Pada Materi Kimia SMA Tentang Struktur Atom
Konsep kimia yang digunakan di SMA masih bersifat dasar oleh
karena itu belajar kimia sangat menarik bagi siswa jika penajiannya bersifat kongkrit
dan melibatkan siswa secara efektif, hal ini terjadi karena ilmu kimia
berkembang berdasarkan hasil percobaan para ahli kimia untuk menghasilkan
fakta dan teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat
dijelaskan dengan logika kimia. ( BSNP)
Salah satu pokok bahasan kimia di SMA adalah Sistem Periodik
dan Struktur Atom. Pokok bahasan Sruktur Atom dan Sistem Periodik merupakan
dasar untuk mempelajari pokok bahasan selanjutnya. Dengan menguasai pokok
bahasan Struktur Atom dan sistem Periodik, siswa diharapkan dapat mempelajari
pokok bahasan selanjutnya dengan mudah. Dalam memahami suatu materi
pembelajaran diperlukan suatu pemahaman konsep.
Jika dilihat dari kenyataan, siswa sering merasa kesulitan
dalam memahami pokok bahasan Sruktur Atom dan Sistem Periodik. Untuk memecahkan
permasalahan tersebut perlu diupayakan suatu perbaikkan dalam proses
pembelajaran. Salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh guru adalah dengan
menerapkan suatu Model pembelajaran yang diharapkan mampu mengurangi atau bahkan
menghilangkan kesulitan siswa dalam memahami pokok bahasan Sistem Periodik dan Struktur Atom.
Berikut ini adalah contoh penerapan
metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi Kimia SMA tentang
Struktur atom.
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
Ø Nama Sekolah :
Ø Mata Pelajaran :
Kimia
Ø Kelas/Semester :
X/1
Ø Pertemuan Ke- : 1
Ø Alokasi Waktu : 2
jam pelajaran
Ø Standar Kompetensi : 1.
Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsure dan ikatan
Kimia
Ø Kompetensi Dasar :
1.1 Memahami
struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat-
sifat unsur, massa atom relatif, dan
sifatsifatperiodik unsur
dalam
table periodik serta menyadari
keteraturannya, melalui
pemahaman konfigurasi elektron.
Ø Indikator : Membandingkan
perkembangan teori atom, mulai dari teori atom Dalton hingga teori atom Niels Bohr.
Ø I.Tujuan
Pembelajaran
Setelah
mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat:
Menjelaskan perkembangan model atom, dari
model atom Dalton hingga teori atom modern.
Ø II.
Model Pembelajaran
Model Pembelajaran :
Kooperatif
Metode :
Jigsaw
Ø III.
Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
(Apersepsi)
Ø Memotivasi
dengan menggunakan peristiwa yang ada dalam kehidupan sehari-hari, guru
memberikan contoh bahwa ilmu pengetahuan selalu mengalami penyempurnaan.
Ø Menginformasikan tentang materi yang akan di
pelajari serta metode pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
B. Kegiatan Inti
1. Memberikan gambaran umum tentang perkembangan model
atom sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan (Mulai dari teori atom Dalton
hingga Schrodinger (mekanika kuantum)).
2. Membagi tugas pada setiap siswa
dalam kelompok (Kelompok JIGSAW).
Dalam hal ini terdapat lima
kelompok asal yang terbagi atas lima orang tiap kelompoknya (hal ini agar lebih
efektif dan efisien) sebagai berikut:
Ø Kelompok
1: teori dan model atom Dalton
Ø Kelompok
2: teori dan model atom Thompson
Ø Kelompok
3: teori dan model atom Rutherford
Ø Kelompok
4: teori dan model atom Niels Bohr
Ø Kelompok
5: teori dan model atom Schrodinger (teori atom mekanika kuantum)
3. Meminta setiap siswa mempelajari materi yang menjadi tanggung
jawabnya.
4. Setiap siswa yang mendapatkan tugas mempelajari materi yang sama untuk
berkelompok dalam satu kelompok untuk mendiskusikan materi mereka (kelompok
ahli)
5. Setiap siswa kembali dalam kelompok asal untuk
menjelaskan kepada setiap anggota kelompoknya.
6. Meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusinya (dipilih secara acak) dan kelompok lain
menanggapi/mengajukan pertanyaan atau saran,
guru sebagai fasilitator hanya meluruskan
pendapat siswa yang kurang tepat
7. Guru mengevaluasi dan memberikan
penghargaan bagi siswa berprestasi
secara individu atau kelompok
C.
Kegiatan Akhir
1. Guru
membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dipelajari
2. Memberi
pekerjaan rumah
3. Menutup
pelajaran dan mengucapkan salam.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Model Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan.
a.
karakterisik model pembelajaran
kooperaif adalah:
·
Pembelajaran secara Tim
·
Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
·
Kemauan untuk bekerja sama
·
Keterampilan bekerja sama
b.
Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif
·
Prinsip saling tergantung positif (Positive
Interdependence)
·
Tanggung jawab perseorangan (Individual
Accountability)
·
Interaksi tatap muka
·
Partisipasi dan komunikasi
c.
Prosedur Model Pembelajaran Kooperatif
·
Penjelasan materi
·
Belajar dalam kelompok
·
Penilaian
·
Pengakuan tim
d.
Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif
·
Siswa tidak terlalu mengantungkan pada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
·
Dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
·
Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
·
Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide
dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik, siswa dapat berpraktek
memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat
adalah tanggung jawab kelompoknya.
·
Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan
informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
·
Interaksi selama kooperatif
berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk
berpikir.
e.
Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
·
Untuk memahami dan mengerti filosofis membutuhkan
banyak waktu.
·
Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja
kelompok.
2. Pengertian model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dapat disimpulkan sebagai model pembelajaran kooperatif, dimana siswa belajar dalam kelompok kecil
yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama
positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu
dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota
kelompok yang lain.
a.
Langkah-langkah model
pembelajaran Koopereatif Teknik Jigsaw :
·
Fase 1.
Menyampaikan tujuan dan memotifasi siswa.
·
Fase 2.
Menyajikan informasi.
·
Fase3.
Kelompok Dasar/Asal atau Base Group.
·
Fase 4.
Kelompok Ahli atau Expert Group.
·
Fase 5. Tim
ahli kembali ke kelompok dasar.
·
Fase 6.
Evaluasi
·
Fase 7.
Memberikan Penghargaan
b.
Keunggulan model
pembelajaran Koopereatif Teknik Jigsaw :
·
Dapat menambah kepercayaan siswa akan kemampuan
berpikir kritis.
·
Setiap siswa akan memiliki tanggung jawab akan
tugasnya.
·
Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau
gagasan dalam memecahkan masalah tanpa takut membuat salah.
·
Dapat meningkatkan kemampuan sosial: mengembangkan
rasa harga diri dan hubungan interpersonal yang positif.
·
Waktu pelajaran lebih efisien dan efektif.
·
Dapat berlatih berkomunikasi dengan baik.
c. Kelemahan model pembelajaran Koopereatif Teknik Jigsaw :
·
Prinsip utama pembelajaran ini adalah “Peerteaching”
yaitu pembelajaran oleh teman sendiri.
·
Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi
pada teman, jika siswa tidak percaya diri, pendidik harus mampu memainkan
perannya dalam memfasilitasi kegiatan belajar.
·
Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian
siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
·
Awal pembelajaran ini biasanya sulit dikendalikan,
biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model
pembelajaran ini bias berjalan dengan baik.
·
Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (> 40
siswa) sangat sulit.
d. Contoh penerapan model pembelajaran Koopereatif Teknik Jigsaw dalam
kimia adalah pada pelajran mengenai struktur atom
B.
SARAN
- Bagi Guru
Guru dapat lebih berinisiatif untuk memakai banyak pilihan pendekatan dan
model dalam kegiatan pembelajaran, khususnya model pembelajaraan kooperatif
teknik jigsaw, model pembelajaran ini dapat menghindari siswa dari kejenuhan
terhadap metode ceramah yang sering digunakan guru dalam proses pembelajara. Dan salah
satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kreatifitas siswa yaitu
dengan cara guru mampu merancang pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan
membuat siswa menyukai kegiatan belajar.
- Bagi Siswa
Siswa dapat menyadari bahwa kreatifitas berdiskusi dapat membantu siswa
dalam memahami pelajaran, jika siswa secara aktif mendengarkan penjelasan guru
dan juga secara aktif menggunakan kemampuan bertanya, berpendapata dan
menyanggah untuk menemukan data dalam pemecahan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
·
Sanjaya, Wina.2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Grup
·
http://sunartombs.wordpress.com/2009/06/15/pengertian-dan-penerapan-metode-jigsaw/
http://trilestari-sdkanisiusgowongan.blogspot.com/
http://edibesuki.blogspot.com/2008/11/pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw_16.html
download dokumennya di sini :
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
0 komentar:
Posting Komentar